Lompat ke konten

Perlawanan Abdul Muis terhadap Belanda melalui pena

Perlawanan Abdul Muis terhadap Belanda melalui pena

Perlawanan Abdul Muis terhadap penjajahan Belanda dilakukan dengan berbagai cara yang tak henti-hentinya. Sebagai seorang wartawan dan anggota Pengurus Besar Sarekat Islam, Abdul Muis menulis tulisan perlawanan dan selalu menanamkan semangat perjuangan kepada anggotanya.

Ia juga mendirikan Komite Bumiputera bersama tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya sebagai bentuk perlawanan terhadap rencana Pemerintah Belanda yang hendak merayakan hari kemerdekaannya yang ke seratus di Indonesia.

Abdul Muis juga merupakan tokoh di belakang cikal bakal berdirinya Institut Teknologi Bandung (ITB) dan mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dengan tulisannya yang tajam dan kritis, Abdul Muis menggebrak masyarakat untuk bangkit melawan penjajah Belanda dan pemikiran yang tidak disetujuinya.

Di Kongres Sarekat Islam tahun 1916, ia menganjurkan agar Sarekat Islam bersiap-siap menempuh cara kekerasan jika cara persuasif tidak berhasil melawan penjajah Belanda. Selain itu, ia juga menentang rencana Pemerintah Belanda yang hendak merayakan hari kemerdekaannya di Indonesia melalui Komite Bumiputera.

Abdul Muis selalu memperjuangkan kepentingan rakyat kecil dan berusaha membangkitkan semangat para pemuda untuk semakin gigih berjuang. Terbukti dengan keberhasilannya mempengaruhi tokoh Belanda mendirikan sekolah teknik di Indonesia yang kemudian menjadi ITB. Tindakan perlawanan Abdul Muis di masa lalu sangat penting bagi sejarah Indonesia dan patut dihargai oleh generasi selanjutnya.

Sejarah Hidup dan Karya Sastranya

Abdul Muis adalah seorang sastrawan Indonesia yang terkenal dengan novel karyanya yang berjudul “Salah Asuhan”. Namun, karya Abdul Muis tidak hanya terbatas pada novel, ia juga menulis esai dan puisi. Artikel ini akan membahas tentang sejarah hidup Abdul Muis dan karya sastranya.

Baca juga: Elite nasional dan nasionalisme Indonesia baru

Latar Belakang Abdul Muis

Abdul Muis lahir di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 3 Juli 1883. Ayahnya adalah seorang guru yang juga seorang pegawai negeri. Pendidikan dasar Abdul Muis diperoleh dari sekolah Belanda dan kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di HBS (Hogere Burger School). Setelah lulus dari HBS, Abdul Muis melanjutkan pendidikan ke ELS (Europese Lagere School) yang kini dikenal dengan SMP.

Karier Abdul Muis

Setelah lulus dari ELS, Abdul Muis melanjutkan pendidikannya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dan kemudian ke AMS (Algemeene Middelbare School). Setelah lulus dari AMS, Abdul Muis bekerja sebagai pegawai pemerintah dan diangkat sebagai pengawas sekolah pada tahun 1905.

Pada tahun 1913, Abdul Muis mulai menulis esai untuk majalah “Sedap Malam”. Esainya terkenal dengan nama pena “Marco Polo”. Dalam esainya, Abdul Muis menulis tentang pengalaman pribadinya di berbagai negara Eropa.

Selain menulis esai, Abdul Muis juga menulis puisi. Kumpulan puisinya yang terkenal adalah “Lingkaran Hidup”. Puisinya banyak terinspirasi oleh alam dan kehidupan sehari-hari.

Namun, karya terbesar Abdul Muis adalah novel “Salah Asuhan” yang diterbitkan pada tahun 1928. Novel ini berkisah tentang kehidupan masyarakat kelas menengah di Batavia pada masa kolonial Belanda. Novel ini menjadi karya yang sangat populer di kalangan pembaca Indonesia dan menjadi salah satu karya sastra terbaik Indonesia.

Pengaruh Karya Abdul Muis

Karya Abdul Muis, khususnya novel “Salah Asuhan” memiliki pengaruh yang besar terhadap sastra Indonesia. Novel ini mengkritik perilaku masyarakat kelas menengah yang mencoba meniru kebiasaan orang Belanda tanpa mempertimbangkan nilai-nilai Indonesia sendiri. Novel ini juga menjadi tonggak awal bagi penggunaan bahasa Indonesia dalam sastra, karena sebelumnya sastra Indonesia masih menggunakan bahasa Belanda.

Karya Abdul Muis juga memberikan pengaruh pada gerakan nasional Indonesia. Karya-karya Abdul Muis banyak menyoroti kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia dan kebijakan kolonial Belanda yang tidak adil.

Karya-karya Abdul Muis

Selama hidupnya, Abdul Muis telah menciptakan berbagai karya sastra, antara lains ebagai berikut:

  1. Cut Nyak Din: Riwayat Hithip Seorang Putri Aceh (terjemahan karya Lulofs, M.H. Szekely), Jakarta:Chailan Sjamsoe, t.t.
  2. Daman Brandal Sekolah Gudang, Jakarta: Noordhoff, t.t.
  3. Don Kisot (terjemahan karya Cervantes, Spanyol)
  4. Hendak Berbalai, Bandung:KoIff, 1951
  5. Hikavat Bachtiar (saduran cerita lama), Bandung:Kolff, 1950
  6. Hikayat Mordechai: Pemimpin Yahudi, Bandung:Kolff. 1956
  7. Kita dan Demokrasi, Bandung:Kolff, 1951
  8. Kurnia, Bandung:Masa Baru, 1958
  9. Pangeran Kornel (terjemahan karya Memed Sastrahadiprawira, Sunda)
  10. Pertemuan Djodoh (Cetakan 4), Jakarta:Nusantana, 1961
  11. Robert Anak Surapati, Jakarta:Balai Pustaka, 1953
  12. Salah Asuhan, Jakarta:Balai Pustaka, 1967
  13. Sebatang Kara (terjemahan karya Hector Malot, Prancis), Cetakan 2, Jakarta:Balai Pustaka, 1949
  14. Surapati, Jakarta:Balai Pustaka, 1965
  15. Tom Sawyer Anak Amerika (terjemahan karya Mark Twain, Amerika), Jakarta:Balai Pustaka, 1928