Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makhluk aneh penghuni Candi Surowono Kediri, Jawa Timur

Sosok unicorn ditemukan di candi peninggalan Majapahit, bersama sekelompok makhluk persilangan yang aneh bin ajaib. Mengapa mereka ada di sana? Apakah ini bukti unicorn pernah eksis di nusantara Atau jangan-jangan leluhur kita telah mengenal teknologi rekayasa genetika?

Jawabannya menanti kita di Candi Surowono, Kediri. Oke, teman-teman, kita masih di Indonesia, tepatnya di Jawa Timur. Dan candi yang kita telisik dipugar kira-kira bersamaan saat Wright Bersaudara menguji coba pesawat berkendali pertama, dan memungkinkan manusia untuk terbang.

Pada tahun 1295, berkobarlah perang antara kota Venesia melawan Republik Genoa di Italia. Marcopolo (1254 –1324), pedagang Venesia yang turut mendanai perang, tertangkap tentara Genoa dan dijebloskan ke penjara.

Pada masa inilah Marcopolo menceritakan kisah perjalanannya kepada seorang penulis, yang lalu mengubah kesaksian itu menjadi buku yang sangat terkenal, The Travel of Marco Polo.

Dalam petualangannya di nusantara, Marco Polo melihat banyak unicorn, makhluk mitologis bertanduk satu. Marcopolo mendeskripsikannya dengan begitu rinci hingga mengejutkan banyak kalangan.

Belakangan, para ilmuwan mengidentifikasi unicorn yang dilihat Marcopolo sebagai Badak Sumatra. Namun, bagaimana bila di nusantara benar-benar ada unicorn? Jangan-jangan, relief mirip unicorn di Candi Surowono inilah unicorn yang sempat disaksikan orang Jawa kala itu.

Atau, jangan-jangan leluhur kita telah mengenal teknologi rekayasa genetika? Biar gak makin penasaran, yuk kita langsung meluncur ke Kediri.

Makhluk aneh penghuni Candi Surowono Kediri, Jawa Timur

Letak dan bentuk Candi Surowono

Candi Surowono sebenarnya terletak tidak jauh dari Candi Tegowangi, yang memiliki artefak menyerupai Bintang Daud, dan pernah kami bahas pada tautan di atas atau di deskripsi.

Begitu memasuki Candi Surowono saya langsung disuguhi sederet reruntuhan candi yang ditata rapi. Ini dia candi utamanya. Lumayan besar, ya. Tangga naiknya sudah hancur.

Namun, dari tangga naik ini kita tahu, bahwa candi yang pernah dipugar pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908 ini, menghadap ke barat. Khas candi-candi Jawa Timur.

Nah, agar bisa mengungkap misteri unicorn dan makhluk-makhluk ajaib di Candi Surowono, yuk, kita kumpulkan petunjuk yang tersebar di candi ini.

Ingat, setiap relief candi pasti berkaitan satu sama lain, bagaikan keping-keping puzzle. Jadi, jangan ke mana-mana ya, tetaplah bersama saya menyusuri candi ini.

Sama seperti Candi Tegowangi, Candi Surowono sudah tidak utuh, tersisa kakinya saja. Bentuk utuhnya kemungkinan seperti potret pada reliefnya. Nih, sebuah candi tunggal dengan atap meruncing ke atas.

Di halaman terdapat salah satu bagian dari atap candi. Nah, karena di sini ada potongan atap, jelas bahwa candi ini telah selesai dibangun lalu runtuh. Bisa oleh alam, bisa juga oleh manusia.

Candi Surowono berbentuk bujur sangkar, namun ada bidang tambahan pada tangga. Di tiap sudutnya disangga Gana, yakni tentara Siwa. Total ada 8 relief Gana, yang nyaris menyerupai patung.

Lihat, kaki candi ini terbagi dua tingkat. Pelipit di bagian belakangnya berbentuk rata, sementara di bagian depan ada 2 bingkai sisi genta berbentuk padma, atau kelopak teratai, juga dua bingkai bulat. Nah, di sinilah tersaji relief-relief berpigura, yang mirip galeri foto.

Lihat, ada sapi dan buaya, Rusa, Ular, Burung air, Perburuan, Memancing ikan, Menyumpit burung Perdukunan Dan lain sebagainya. Terlihat bahwa galeri ini berisi kisah tantri, yakni fabel dari masa kuno, dan potret keseharian masyarakat kala itu.

Namun, ada juga foto-foto binatang yang susah dipahami. Lihat ini, ekornya mirip kuda, telinganya lebar ke atas, dan bertanduk satu. Sepertinya makhluk ini sedang bertarung dengan sejenisnya. Telinga makhluk ini sangat lebar,

Ia berkuku belah, kakinya berbulu seperti kambing, tetapi pendek. Ekornya mirip surai, berkibar ke atas. Badan hewan ini seperti kelinci, namun lehernya tinggi dan berparuh seperti burung. Bahkan ada semacam sayap di punggungnya. Telinganya lebar dan tegak.

Nah, yang berikut ini paling indah, dan sangat mirip unicorn. Bagian belakang badannya tambun. Ekornya surai seperti kuda, Kukunya pun tunggal seperti kuda. Telinganya tegak dan lebar. Dan sebuah tanduk yang indah menghias kepalanya. Ajaibnya, ia menyemburkan api.

Nah, sebenarnya makhluk-makhluk ini apa sih, kok ajaib banget? Apa mereka hasil rekayasa genetika yang dilakukan oleh leluhur? Nah, bukan ya, teman-teman! Saya duga itu hasil imajinasi leluhur kita, untuk menghadirkan pahatan yang unik dan dekoratif.

Dugaan kedua, makhluk-makhluk itu adalah satwa surgawi, yang tidak terikat oleh standar lahiriah. Jadi, tidak seperti satwa pada umumnya. Masih ingat kan,makhluk surgawi bernama kinara-kinari, yang berbadan setengah manusia setengah burung, dan sering kita jumpai di banyak candi?

Nah, Swargaloka versi Candi Surowono ini tidak diramaikan oleh kinara-kinari dan pohon dewandaru sebagaimana candi-candi lain, melainkan hewan-hewan ajaib ini.

Lihat, di setiap relief yang menggambarkan tahta surga, selalu ada makhluk hibrid di bawah Dewa Indra, sang penguasa kahyangan.

Jadi, keberadaan makhluk-makhluk ini, bukan bukti eksisnya unicorn di tanah Jawa, meskipun tampilannya mirip. Juga bukan bukti leluhur kita mampu melakukan rekayasa genetika.

Tolong jangan dijadikan materi cocokologi & teori konspirasi, ya :)

Oke, satu misteri sudah terpecahkan. Namun di Candi Surowono, masih ada misteri lainnya yang menanti untuk kita ungkap!

Jadi, terus ikuti ya teman-teman, kita akan menggali siapa sebenarnya yang membangun candi ini, dan mengapa ada begitu banyak cerita magis di sini, Mulai dari epos kepahlawanan, tipu daya dan percintaan, hingga persaingan agama.

Jika teman-teman googling, akan banyak menemukan wacana bahwa Candi Surowono adalah tempat pendharmaan Bhre Wengker, yakni Wijayarajasa, paman dari Raja Hayam Wuruk (1334 - 1389 M).

Asumi ini didasarkan pada berita Kakawin Negarakertagama (1365 M) pupuh 82 yang menyebut Sri Natha Wengker membuka hutan di Surabhana Namun, bila kita analisis lebih lanjut, ini sebenarnya sulit diterima.

Pertama, Negarakertagama selesai ditulis pada tahun 1365 M, dan sudah menyebut bahwa di Surabhana atau Surawana, ada candi yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk usai memperbaiki Candi Simping di Blitar.

Dalam lontar, istilah yang digunakan adalah çurabhane sudarmma, yang mana menurut Zoetmulder, pakar sastra Jawa kuno, (1906 – 1995), sudarmma berarti candi.

Nah, berdasar pemberitaan Pararaton (1600 M), Bhre Wengker I, yakni yang membuka hutan di Surabhana, meninggal pada tahun 1388 M, dan dicandikan di Manyar, dengan nama candi Wisnubhwanapura.

Artinya, ketika Raja Hayam Wuruk mengunjungi candi Surawana, atau ketika Prapanca menulis Negarakertagama,

Bhre Wengker yang dimaksud masih hidup. Mustahil candi pendarmaan dibangun ketika penguasa yang didharmakan masih hidup, sehingga kemungkinan besar,

Candi Surawana bukanlah pendarmaan Bhre Wengker. Kapan tepatnya Candi Surawana dibangun, dan untuk apa, masih misteri hingga sekarang.

Namun jika melihat ciri-cirinya, yakni gaya relief yang menyerupai wayang, juga adanya unsur bata, yakni di struktur dalam candi meski luarnya dari batu andesit, menunjukkan candi ini adalah pendarmaan seseorang penguasa dari zaman Majapahit, yang tentu meninggalnya sebelum tahun penulisan Negarakertagama.

Apalagi di Candi Surowono ada banyak kisah magis, yang sangat populer di masa akhir Majapahit, dan akan kita selidiki sebentar lagi. Nah, inilah sajian utama Candi Surowono… yakni panil-panil yang berisi tiga kisah istimewa berikut ini.

SRI TANJUNG: KESETIAAN BERBUAH MAUT

Sri Tanjung, seorang keturunan bidadari, hidup bersama suaminya, Sidapaksa, yang mengabdi pada raja Sulakrama. Nahasnya, ketika Sidapaksa pergi untuk menuntaskan misi dari sang raja,

Sulakrama datang dan merayu Sri Tanjung. Sri Tanjung menolak meski dipaksa. Pada saat itulah, suaminya pulang dan memergoki mereka. Raja Sulakrama melontarkan fitnah bahwa Sri Tanjung-lah yang merayu dirinya.

Sidapaksa pun menyeret Sri Tanjung ke hutan dan merenggut nyawanya. Lihat, Sri Tanjung menunggang ikan, pertanda dirinya memasuki alam roh. Jasadnya raib, dan muncullah air yang berbau harum.

Sidapaksa pun tersadar istrinya tidak bersalah. Dengan dibantu Bathari Durga, Sidapaksa berhasil berkomunikasi dengan roh istrinya dan membujuknya agar kembali ke alam nyata.

Sri Tanjung bersedia, tapi dengan satu syarat: Sidapaksa harus membalas perbuatan Sulakrama. Terlihat ya, Sidapaksa berhasil menghabisi Sulakrama. Kisah ini berakhir bahagia. Sidapaksa kembali bersatu lagi dengan Sri Tanjung.

Selain di Candi Surowono, kisah Sri Tanjung juga dipahatkan di berbagai candi, misalnya Candi Penataran di Blitar, Candi Jabung di Probolinggo, dan Gapura Bajangratu di kompleks ibukota Majapahit, Trowulan.

Jadi, kisah asli nusantara ini tidak hanya digemari rakyat, namun juga kalangan istana. Kisah Sri Tanjung belakangan juga menginspirasi legenda asal-usul kota Banyuwangi.

Wah, apa jangan-jangan Sri Tanjung sempat mampir ke desa Penari ya saat memasuki alam roh? Yuk kita lanjut ke kisah berikutnya.

BUBUKSAH-GAGANG AKING: IBADAH SIAPA YANG PALING BENAR?

Masih ingat gak? Saya pernah bercerita tentang seorang brahmana India yang bab sembarangan di Gunung Penanggungan, dan Mpu Iswara membuat kotoran itu kembali ke pemiliknya.

Mengenai aneka kesaktian orang Jawa Kuno! Seru lho! Nah, kisah dalam Kitab Tantu Panggelaran itu tidak berhenti pada adegan kotoran "terbang". Sang brahmana India lalu berguru pada Mpu Iswara, dan menjadi pertapa sakti bernama Mpu Siddayoga.

Dia memiliki dua anak laki-laki. Yang gemuk bernama Bubuksah, dan yang kurus bernama Gagang Aking. Keduanya bertapa dengan style berbeda. Gagang Aking sangat asketis, ia hanya makan tumbuh-tumbuhan dan menjauhi kesenangan, hingga badannya kurus sekali.

Sementara Bubuksah, makan segala makhluk yang terjerat dalam perangkap, sambil minum arak. Badannya tambun, orangnya juga santun.

Suatu hari mereka bertengkar gara-gara Gagang Aking menilai gaya bertapa Bubuksah kurang suci. Tahu-tahu, seekor harimau yang kelaparan datang, dan meminta salah satu dari mereka menjadi santapannya.

Gagang Aking, yang merasa dirinya lebih saleh, menolak karena badannya kurus. Sementara Bubuksah, dengan santainya, mengorbankan dirinya untuk dimakan.

Dan, akhirnya terungkap bahwa harimau itu adalah utusan Dewa Siwa yang hendak menguji mereka. Bubuksah yang berhati ikhlas, dibolehkan ke sorga dengan terbang menunggangi harimau.

Bagaimana dengan Gagang Aking? Atas permintaan Bubuksah, Gagang Aking pun dibolehkan ikut, namun ia hanya boleh nebeng di ekor harimau.

Yuk, bersama mereka, kita pun terbang ke kisah pamungkas di candi ini.

ARJUNAWIWAHA: TIADA TANDING KARENA TAKTIK

Kisah ini sangat digemari masyarakat Jawa Kuno. Karena kami pernah membahasnya secara mendetail, yakni pada tautan di atas atau di deskripsi, kita akan bedah garis besar kisah Arjunawiwaha ini, sesuai fragmen-fragmen yang ada di Candi Surowono.

Kisah dibuka dengan seorang raksasa, yang menjelma menjadi babi dan mengamuk di hutan. Sakti sih, tapi ambruk juga ia terkena dua anak panah. Yang satu milik Arjuna dan lainnya milik seorang pemburu misterius.

Mereka pun berkelahi, rebutan babi, hingga Arjuna yang terdesak, memegang kaki lawannya. Lihat, meski tuannya kalah, para punakawan tetap bersorak. Nggak jelas, mereka ini mendukung siapa.

Sang pemburu lalu berubah menjadi Dewa Siwa, dan menghadiahi Arjuna panah sakti bernama pasopati. Terlihat, ya, Arjuna bersimpuh bersama para punakawan.

Setelah itu Arjuna meneruskan tapanya, dan digoda para bidadari. Para punakawan juga digoda. Yang ini malu-malu menolak, “Nggak mau, Non,” katanya. Tapi yang ini, sikat saja!

Para bidadari gagal menggoda Arjuna, dan mereka kembali ke kahyangan. Kecuali satu bidadari, yang malah jadian sama punakawan. Dewa Indra lalu memanggil Arjuna ke surga dan memintanya mengalahkan Niwatakawaca, yakni raja raksasa yang hendak menghancurkan kahyangan karena terobsesi memperistri Dewi Supraba.

Arjuna pun menyusun taktik bersama Supraba. Dewi Supraba berpura-pura menyerahkan diri ke istana Niwatakawaca, sementara Arjuna menguping percakapan mereka.

Karena dirayu Supraba, Niwatakawaca pun mengungkap titik lemahnya, yakni langit-langit di tenggorokannya. Kaburlah Supraba bersama Arjuna, dan Niwatakawaca, yang sadar telah ditipu, bergegas menyerang kahyangan.

Lihat, Arjuna berdiri menghadapinya. Begitu Niwatakawaca tertawa, Arjuna memanah tepat di titik kematiannya, dan hancurlah bala tentara Niwatakawaca.

Oke, sejauh ini, Anda nangkap gak benang merah yang menghubungkan ketiga kisah ini, mulai dari Sritanjung, Bubuksah-Gagang Aking, hingga Arjunawiwaha?

Ada yang bisa menebak? Menurut saya, Candi Surowono mengusung tema besar mengenai dualisme. Dalam kisah Sri Tanjung, ada dua alam yang berbeda namun bersisian, di mana batas-batasnya dapat dilebur oleh kekuatan cinta.

Lalu, kisah Bubuksah-Gagang Aking, mengangkat 2 cara berbeda dalam beribadah, di mana yang satu berfokus pada ritual, sementara yang lainnya berfokus pada sikap hati dan tindakan nyata.

Arjunawiwaha juga menampilkan 2 kutub yang berseberangan, yakni Arjuna yang menepis godaan bidadari dan tidak terbawa nafsu, dan Niwatakawaca, yang justru menjemput ajal karena memperjuangkan nafsunya.

Jika sang tetangga, Candi Tegowangi, tampil semarak dengan ukiran indah nan rancak, Candi Surowono justru gegap gempita dengan makna di balik cerita, layaknya orang bijak yang tak lelah menasehati siapa pun yang mampir mengunjunginya.

Maka, pesan dari Candi Surowono akan selalu relevan bagi kita hari ini, yang menjalani hidup dengan berbagai pilihan. Tiada yang dapat mengekang kehendak bebas manusia, Namun penting bagi kita untuk bijak dalam memilih, Karena ada konsekuensi yang selalu mengiring.

Sumber: ASISI Channel

Supriyadi Pro
Supriyadi Pro Nama asli saya Supriyadi dan populer Supriyadi Pro. Saya seorang Expert wordpress developer freelancer, content writer, editor. Memiliki minat besar pada dunia teknologi, sains, seni budaya, social media, dan blogging. Saya kelahiran suku Jawa, di Wonogiri, Jawa Tengah yang ahli bahasa Jawa dan seni gamelan. Silahkan hubungi saya lewat laman yang telah disediakan atau kunjungi website profil saya di https://supriyadipro.com