Setiap Rumah Honai biasa ditinggali antara 5 sampai 10 orang. Rumah ini biasa digunakan sebagai tempat istirahat atau tidur di malam hari. Sedangkan bangunan lainnya digunakan untuk makan bersama, dan satu bangunan lainnya digunakan sebagai kandang ternak.
Biasanya, Rumah Honai umumnya dibagi menjadi dua tingkat. Antara lantai dasar dan lantai satu diberi tangga yang terbuat dari bambu. Biasanya kaum pria tidur di lantai dasar secara melingkar, sedangkan kaum wanita tidur di lantai satu.
Ada 3 jenis Rumah Honai, yaitu sebagai berikut:
- Rumah Honai untuk kaum laki-laki
- Rumah Ebei wanita
- Rumah Wamai untuk kandang babi
Di wilayah tengah pegunungan Papua didiami oleh suku Dani yang sudah mengenal rumah honai sejak lama di Kabupaten Jayawijaya. Hal ini berarti honai memang didesain khusus untuk berlindung dari cuaca dingin. Dan rumah honai hingga saat ini masih dibangun secara turun-temurun sesuai budaya dan tradisi setempat.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membangun honai meliputi rotan, akar tumbuhan, alang-alang, belahan kayu, dan kayu untuk tiang. Hal ini bisa disimpulkan bahwa rumah adat Papua benar-benar menggunakan kekayaan alam untuk membangun rumahnya.
1. Tempat penyimpanan
Fungsi lainnya yaitu untuk menyimpan barang-barang yang merupakan simbol berharga secara suku dan adat. Karenanya, rumah honai sangat berharga bagi Suku Dani. Semua peralatan di tempat ini masih tersimpan dengan baik.
1. Sebagai Pemersatu kelompok
Selain rumah Honai, ternyata Papua juga memiliki 2 jenis rumah adat lainnya, adapun nama dan gambarnya sebagai berikut:
1. Rumah Adat Kariwari
![]() |
Rumah adat Kariwari Papua |
Rumah Adat Kariwari adalah rumah adat suku Tobati-enggros di Provinsi Papua Barat, suku iini tinggil di sekitar Danau Sentani, Papua. Rumah adat suku ini khusus digunakan bagi laki-laki yang sudah berusia 12 tahun ke atas.
Di sinilah anak laki-laki dikumpulkan dan digembleng agar menjadi manusia yang kuat jiwa raga, trampil, dan pintar sehingga mampu menghadapi kerasnya kehidupan. Sebagai contoh di tempat tersebut diajarkan belajar memahat, membuat perisai, perahu, bercocok tanam, dan sekaligus teknik dalam berperang.
Bangunan Rumah adat Kariwari
Rumah adat Papua Kariwari bentuknya limas segi delapan dengan atapnya juga kerucut. Meski bangunanya tinggi, namun bangunan ini mampu menahan angin yang kencang yang datang dari segala arah.
Bentuk atap yang mengerucut tersebut memiliki makna bahwa mereka memiliki kepercayaan untuk mendekatkan diri dengan roh para leluhurnya.
Bahan yang digunakan untuk membangun rumah adat Kariwari adalah kulit kayu sebagai bahan lantai, bambu dibelah yang digunakan untuk dinding. Sedangkan atapnya menggunakan daun sagu yang ditata rapi sedemikian rupa.
Meski bangunan ini besar dan tinggi, namun hanya menggunakan 8 buah kayu utuh sebagai kerangkanya dan disambung hanya menggunakan tali. Delapan kayu yang digunakan tersebut adalah kayu besi.
Di bawah bangunan di antara 8 kayu penyangga manfaatkan untuk menyimpan kerajinan dan alat perang.
Tata ruang Rumah adat Kariwari
Ketinggian rumah adat Kariwari antara 20 sampai 30 meter, dengan diamater lingkaran bangunan antara 8 sampai 12 meter. Bangunan ini terbagi menjadi 3 ruang, ruang bagian bawah sebagai tempat belajar kaum laki-laki.
Lantai bagian tengah digunakan sebagai tempat tidur dan tempat pertemuan para ketua suku. Sedangkan ruangan paling atas dijadikan sebagai tempat meditasi agar menambah semangat daya juang, emosi, dan berdoa.
2. Rumah adat Rumsram
![]() |
Rumah adat Rumsram Papua |
Di Papua terdapat suku Biar Numfor, tinggal di daerah Pantai Utara Papua yang juga memiliki rumah adat bernama Rumah Rumsram. Tak beda dengan rumah Kariwari, rumah ini juga dikhususkan untuk laki-laki kaum wanita dilarang keras untuk mendekat apalagi memasuki rumah ini.
Fungsi rumah rusman sebagai tempat belajar, mendidik dan menggembleng anak laki-laki mengembangkan kemampuannya agar nantinya menjadi manusia yang kuat jiwa raganya.
Bangunan Rumah adat Rumsram
Berbeda dengan rumah adat Kariwari yang bentuknya mengerucut, rumah adat Papua ini bentuknya mirip seperti perahu terbalik. Mengapa demikian? Karena mata pencarian hidup suku Biar Numfor menggunakan perahu untuk mencari ikan dan hasil laut lainnya.
Bahan bangunan yang digunakan semuanya didapat dari alam, misalnya kulit kayu, bambu air, dan daun sagu. Dinding bangunan rumah adat ini sama dengan rumah Kariwari, dindingnya juga terbuat dari bambu, lantai dari kulit kayu dan atapnya juga dari daun. Rumah ini memiliki 2 pintu, yaitu pintu depan dan pintu belakang, dengan ventilasi beberapa jendela.
Tata ruang Rumah adat Rumsram
Ketinggian Rumah adat Rumsram kurang 8 meter saja, di dalamnya hanya ada dua ruangan. Ruang pertama merupakan ruang terbuka tanpa dinding, hanya ada kolom bangunan yang tampak. Di sinilah setiap anak laki-laki suku Biar Numfor diajarkan beberapa keahlian yang bersifat praktis. Misalnya belajar memahat, belajar membuat perisai, perahu, dan berbagai hal untuk kebutuhan hidupnya di masa mendatang..
Selain rumah adat, suku di Papua juga memiliki senjata tradisional dan pakaiannya. Selengkapnya baca di ketiga tautan berikut: