Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gejala pasca vulkanik dan erupsi freatik

Gejala pasca vulkanik yang cukup terkenal adalah sumber gas asam arang (mofet) di dataran tinggi Dieng yang disebut kawah Nila atau Sinila. Menurut catatan sejarah, sumber gas ini tahun 1979 sempat minta korban yang cukup banyak, akibat letusan gas karbon monoksida yang terhisap oleh penduduk yang panik berlarian meninggalkan rumahnya, sehingga mayat bergelimpangan di jalan-jalan yang dilalui orang-orang tersebut. Di kepundan yang mengeluarkan gas yang berbahaya selalu diberi tanda bahaya, agar orang-orang tidak mendekat.

Komplek Gunung Welirang, Arjuno - Anjasmoro banyak menghasilkan belerang yang dikumpulkan orang dari sumber gas belerang (solfatar) yang menyublim ketika keluar dari dalam lubang sumbernya. Sumber gas uap air dengan tekanan tinggi dikenal sebagai tenaga panas bumi (geotermal) seperti yang sedang dieksploitasikan di Kawah Kamojang (Gunung Malabar, Jawa Barat) dan di Gunung Dieng.

Sumber uap air panas yang keluar dari bumi, kadang-kadang mengandung mineral yang larut di dalamnya, sehingga air itu memiliki khasiat menyembuhkan semacam penyakit banyak terdapat di seluruh Indonesia. Sumber air panas seperti itu terdapat di lereng Gunung Tangkubanperahu (Maribaya dan Ciater) dan di Baturaden.

Geyser yaitu sumber air panas yang memancar berkala terdapat di Cisolok sebelah Barat Pelabuhan Ratu.

Kawah Sikidang Dieng
Kawah Sikidang Dieng
Erupsi freatik

Suatu gejala alam yang menyerupai letusan vulkanik ialah yang dinamakan erupsi freatik, yaitu letusan yang berasal dari lapisan dalam litosfera, akibat meningkatkan tekanan uap air. Letusan seperti ini ada yang bersamaan dengan letusan vulkanik seperti pada letusan Gunung Galunggung dan Gunung Gamalama, tetapi ada juga yang tidak bersamaan dengan erupsi vulkanik seperti yang terjadi di Lembah Semangko Lampung pada tahun 1933.

Selanjutnya : 3 macam gempa menurut peristiwa penyebab dan akibatnya