Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sultan Trenggana gugur Demak pindah ke Pajang

Sultan Trenggana ialah putra ketiga Raden Patah. Raden Patah wafat pada tahun 1518. Ia digantikan oleh putra mahkota, Pati Unus yang juga terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Pati Unus hanya 3 tahun memegang pemerintahan. Ia wafat pada tahun 1521. Kemudian digantikan Sultan Trenggana. Ia naik tahta pada tahun 1521 menggantikan kakandanya (Pati Unus).

Pada masa pemerintahannya Demak melanjutkan usaha memperluas wilayahnya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Faletehan. Siapakah Faletahan itu? Ia seorang ulama dari Persia yang datang ke Demak untuk mengabdi kepada Sultan. Kedatangannya diterima dengan baik oleh Sultan Trenggana.

Pada tahun 1522 armada Demak di bawah pimpinan Faletehan menuju ke Banten, Sundakelapa dan Cirebon. Ketiga daerah tersebut termasuk wilayah kerajaan Pajajaran. Banten dapat direbutnya, kemudian menyusul Sundakelapa.

Bersamaan direbutnya Sundakelapa, gubernur Potugis di Malaka mengirimkan utusan ke Pajajaran. Gubernur tersebut bernama d'Albuquerque. Sedangkan utusannya bernama Henrique Leme. Apakah maksud dari utusan tersebut? Akan meminta izin kepada raja Pajajaran untuk mendirikan benteng dan kantor di Sundakelapa.

Permintaan itu dikabulkan. Pada tahun 1527 datanglah orang-orang Portugis di Sundakelapa untuk melaksanakan rencananya. Padahal Sundakelapa sudah dikuasai oleh armada Demak di bawah pimpinan Faletehan. Maka terjadilah pertempuran antara orang-orang Portugis dengan armada Demak. Ternyata armada Demak menang. Armada Portugis dapat dihancurkan.

Faletehan mengganti nama Sundakelapa menjadi Jayakarta. Kota Jayakarta itulah yang sekarang bernama Jakarta, ibu kota Republik Indonesia. Setelah Sundakelapa, kemudian Cirebon juga dikuasai oleh armada Demak.

Karena usaha perluasan wilayah ke Jawa Barat berhasil, maka Sultan Trenggana ingin meluaskan wilayahnya lebih lanjut. Kali ini sasarannya Pasuruan, Jawa Timur.

Dalam usaha menaklukkan Jawa Timur Sultan Trenggana gugur. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1546. Sepeninggal Sultan Trenggana, di Demak terjadi perebutan kekuasaan antara Sunan Prawata dengan Pangeran Sekar.

Sunan Prawata adalah putra sulung Sultan Trenggana. Sedangkan Pangeran Sekar ialah kakak Sultan Trengganan sendiri. Setelah berhasil memb*n*h Pangeran Sekar, Sunan Prawata naik tahta. Tidak lama kemudian ia juga dibunuh oleh putra Pangeran Sekar yang bernama Arya Penangsang. Kemudian tampil salah seorang menantu Sultan Trenggana, ialah Pangeran Hadriri atau Sultan Kalinyamat.

Ia merasa berhak menduduki tahta Kerajaan Demak, tetapi ia juga dibunuh oleh Arya Penangsang. Kemudian tampillah seorang menantu Sultan Trenggana yang lain, yaitu Jaka Tingkir. Jaka Tingkir inilah yang berhasil membinasakan Arya Penangsang. Kemudian memindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan Demikian, Jaka Tingkir naik tahta Kerajaan Pajang. Ia bergelar Sultan Adiwijaya.

Baca juga: